Thursday, April 20, 2017

Grim Reaper Part 3

“Nanti aja ya ? kalau sudah sampai rumah aku kasih tau,” ucapnya
“Hm.. baiklah,”
*
“We’re home!” Charles memberi salam
“Um, Carla tidak ada, kemana dia?” tanyaku
“Probably.. Doing a mission, right now,”Charles menghempaskan tubuhnya ke kasur
“Oh.. aku Cuma penasaran,” ucapku ragu
“Penasaran tentang?” dia mengubah posisinya menjadi posisi duduk
“Bagaimana jika.. ada Grim Reaper yang melanggar peraturan?” tanyaku
“Um.. aku yakin 100% kamu tidak akan sanggup mendengarnya,” dia membuka laptopnya
“Memangnya kenapa?” aku mendekati Charles
“Well, mereka pasti sudah dibakar sampai hangus dan beberapa diantaranya bergentayangan di dunia manusia. Pft, membuat kotor dunia, saja,” dia mencari sesuatu di internet
“Oh, memang kesalahan apa contohnya?” tanyaku sambil melihat yang dia search
Tertulis:
“Donna Rose Abigal the leader of the grim Reaper 1994-2015,”
“Donna Rose Abigal?!” pekikku
“Um, iya? Kau kenal dia?”
“M.. ada apa dengan dia? Dia pemimpin grim Reaper tahun 1994 sampai 2015? Lalu? Dia kemana?” tanyaku penasaran
“Um, dia telah melakukan hal buruk yang sangat fatal, melanggar aturan Grim Reaper. Jadi, dia dibakar, dan tahtanya diwariskan ke anaknya. Namun, karena anaknya masih manusia dan belum meninggal, Um, well.. walaupun meninggal, hanya 1/1000 kemungkinan dia bisa sampai ke dunia Reaper. Dan, yah.. kekuasaan saat ini diambil oleh saudara laki lakinya dan istrinya,” jelas Charles
Aku menatap Charles tanpa kata kata

“Oh, iya. Ini foto Donna Rose Abigal, dia adalah wanita yang cantik. Dan ini disebelah kiri, adalah anak perempuannya,” dia memberitahuku sebuah foto di internet.
Aku masih terdiam tanpa kata kata memandangi foto itu.
“Kau, tahu.. entah kenapa ketika aku memandangmu, itu mengingatkanku terhadap Ratu Agung Reaper Donna, kalian berdua sangat mirip,” dia memandangku dan tersenyum
“Charles.. memang apa yang dia perbuat sampai dia terbakar?” tanyaku sambil menahan air mata
“Um.. dia.. menikah dan mempunyai anak dengan manusia. Pft, bodoh ya?” dia tertawa
Aku hanya menunjukkan senyum palsuku.
“Ah, Charles. Aku mau keluar ya, cari udara segar,” pamitku sambil beranjak dari dudukku
“Oke, jangan lama lama, ya.. Reaper dilarang berkeliaran sesudah jam 08.30 Malam..” pesannya
“Siap,” aku membuka pintu dan keluar
*
Aku berjalan jalan di sebuah taman dekat apartemen Reaperku, banyak bunga bunga. Namun, aku tidak dapat mencium baunya, dan bunga disini berwarna gelap dan putih. Aku duduk di bangku sambil memetik satu bunga.
“*Menghela Nafas* jadi.. aku anak dari mantan pemimpin Reaper?” aku memandangi sabitku
Kupegang sabit coklatku itu dengan tanganku.
“B.. bisakah kau menjelaskan semuanya, Sabit?” aku bertanya kepada sabit tak bernyawa itu.
Tentu saja, dia pasti diam. Dan tidak bergerak.
“Huh, bodohnya aku, berbicara dengan sabitku sendiri,” aku memeluk sabit itu dan memejamkan mata
*
Ketika aku membuka mata, aku berada di suatu tempat, tapi masih di dunia Reaper.
“Aku dimana?” tanyaku
Aku melihat seorang Reaper sedang berbicara kepada Reaper lain, aku berusaha bertanya kepada mereka
“Um.. permisi, saya ingin bertanya, ini dimana, ya?” tanyaku sopan
Namun, mereka tidak bereaksi dan terus berbicara.
“Um.. permisi?” aku menggoyangkan tanganku didepan wajah mereka
“Tidak bereaksi” batinku
Aku mendapat ide untuk mendapatkan perhatian mereka dengan menepuk bahu mereka. Akupun menepuk bahu salah satu diantara mereka, alangkah terkejutnya aku. Ternyata.. TEMBUS!
“A..Apa?!” aku kaget dan menepuk bahu yang satunya. Namun, tetap tembus
“A..Aku hantu?”
Karena aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat, aku pun lantas duduk dibawah, di lantai, dan mendengarkan pembicaraan mereka.
“Hei, kau tahu tidak? Ratu Agung Reaper Donna itu sangat baik, ya.. bijak dan adil,” ucap grim 1
“Iya, sangat cocok menjadi pemimpin, aku harap dia terus yang akan memimpin kita,” grim 2 menambahkan
“Yah, tapi dia akan mati,” grim 1 terlihat sedih
Aku rada kaget mendengar pembicaraan mereka. Tiba tiba suasana menjadi riuh.
“Eh, ratu mau lewat.. Ratu Agung Reaper mau lewat!” Seorang grim reaper mendatangi kedua grim reaper itu memberi peringatan
Tiba tiba, datanglah kereta yang dibawa oleh 2 kuda hitam dan putih ke arah kami, dan aku bisa melihat jelas bahwa yang di dalam kereta itu adalah Donna Rose Abigal, aku lantas cepat cepat melompat ke kereta itu dan duduk disampingnya.
     “Ibu..” panggilku
      Tentu, dia tidak merespon dan dia menunduk, seperti ada masalah.
      “Angelina Rea Perrie Jesselyn.. putri kecil ibu..” dia menangis, tangisannya membasahi foto yang dia pegang.
      “Ibu.. Angel disini..” gumamku sambil meneteskan air mata
      “Jika ibu telah tiada di alam semesta ini, ingatlah, ibu pasti akan terus memperhatikanmu dari sisi lain.. ibu sangat menyayangimu.. Walaupun, ibu jarang ada dirumah,” dia membersihkan foto itu dari air matanya
      “Ibu.. jangan bilang ini 2015? Ibu akan dibakar?” aku menatap penuh kegelisahan dan air mata
      Firasatku benar, kereta ini mengarah ke sebuah tempat dengan halaman yang sangat luas. Ibuku dikawal oleh grim grim reaper menuju halaman itu. Disana, banyak sekali grim reaper yang menyaksikan dan ibuku berhadapan dengan grim berhoodie kuning (Ugh, lagi?)
      “Greetings! Donna Rose Abigal! Sudah siap untuk upacara pembakarannya?” Tanya grim itu
      “Apapun akan kulakukan, ini kesalahanku, aku harus bertanggung jawab,” jawab ibuku pasrah
      “Haha, mari kita mulai upacaranya!” sambut grim itu
      *
      “Pertama tama, upacara penyerahan tahta. Baiklah, Donna Rose Abigal, apakah kau rela dan bersedia sepenuh hati menyerahkan harta, tahta dan tanggung jawabmu sebagai leader of Grim Reaper kepada adik laki lakimu? Stone Burgund Abigal?” Tanya grim berhoodie kuning itu
      “Saya rela dan bersedia!” jawab ibuku berlinang air mata
      “GREAT!”Teriak laki laki yang kupercaya adalah pamanku
      “Sekarang, upacara pembakaran dimulai,” ucap Grim Berhoodie kuning itu.
      Para grim menyiapkan banyak kayu bakar dan sebuah gantungan, tidak lama kemudian, ibuku dituntun ke gantungan. Dan dia digantung dengan tali di tangannya, dan kayu bakar dibawah kakinya. Dan, api menyala, dilemparkan ke kayu bakar tersebut. Benar benar peristiwa yang tidak sama sekali ingin kusaksikan!
      “IBU!”Teriakku histeris, air mataku sudah banyak yang ku keluarkan.
      Melihat ibu kandung sendiri terbakar? Dan itu menjadi tontonan? Aku tidak akan tinggal diam. Aku berlari ke arahnya dan berusaha mematikan api itu. Tapi, it’s useless.. aku menyerah, tubuh ibuku sudah menjadi abu, dan aku berlutut, menangis sejadi jadinya.
      *
      Aku terbangun. Kulihat sabit yang ada dipelukanku.
      “Itu tadi mimpi?” gumamku
      “Hey, nak.. mana baju Reapermu? Ini sudah larut nak, Reaper dilarang berkeliaran 30 menit lagi, pulanglah ke apartemenmu,” tiba tiba seorang reaper bersuara kakek kakek mengingatkanku
      “Ah, iya tuan, terimakasih,” aku berlari menuju apartemenku
      *
      “Hosh hosh,”aku ngos ngos an
      “Hey, Angel. Kok larut sekali sih? Aku khawatir terjadi apa apa padamu, tadi aku cari kamu keseluruh apartemen dan di sekitar apartemen tahu.. enggak ada,” jelas Charles mendatangiku
      “Ah, aku tadi ditaman,” jawabku sambil duduk di kursi
      “Aku tadi sudah cari disana, tapi kamu enggak ada,” dia duduk disampingku
      “Hm.. aku tadi disana kok, mungkin, kamu enggak liat,” tebakku
      “Hm.. mungkin, ya,”
      *
      “Ah, aku tidak bisa tidur, memikirkan soal ibuku,” gumamku
      “Eh, kau bilang apa tadi?” Tanya Carla yang mendengar gumamanku
      “Eh enggak ada, Car..” elakku
      “Jangan bohong, kalau ada masalah, cerita aja sama aku, maaf, kemarin dan tadi aku sempat jahat ke kamu,” dia meminta maaf
      “Ah, iya.. enggak apa apa,” jawabku
      “Kalau ada masalah cerita, ya.. aku tidur dulu, bye..” dia tidur di tempat tidurnya
      “Good Night Carla,” ucapku
      “Good Night too,” balasnya
      Sementara itu, terdengar dengkuran keras yang dibuat oleh Charles. -_-

Tuesday, April 11, 2017

Grim Reaper Part 2

“Ding Dong!”
“Ah, bunyi apa itu?” tanyaku penasaran
“Ah! Itu tandanya makan malam sudah siap!” jawabnya
“Aku wajib ikut?” tanyaku
“Kau belum dilantik, sayang. Sehingga, gak wajib. Tapi, kau mau menemaniku, kan?” dia memohon sambil memegang tanganku
“Umm.. baiklah,” jawabku
*
“Selamat datang di perjamuan makan malam antar Grim Reaper,” seorang Grim Reaper menyambut kami di depan aula perjamuan
“Ah, terimakasih. Wow! Aula ini sangat besar!” ucapku terkagum kagum
“Ooh, tentu saja. Untuk memuat 17.856 Grim Reaper, dibutuhkan tempat yang luas, bukan? Kalian pasangan yang sangat serasi. Tampan dan cantik! Ini nomor kursi kalian,” sambutnya ramah
“Oh, terimakasih. Grim Reaper. Iya, pacarku ini memang cantik,” Charles tersenyum padaku
“Um.. baiklah, terimakasih,” ucapku seraya mengambil nomor kursi kami
*
“Kau duduk disini, ya,” ucapnya sambil menunjukkan kursiku
“Iya, kita kan bersampingan. Btw kenapa ada yang pakai hoodie dan ada yang tidak?” tanyaku sambil duduk di kursiku
“Perjamuan makan malam boleh memakai pakaian resmi, dan pakaian bebas, tentu aku akan memakai pakaian bebas. Pakaian resmi itu terlalu panas!” ujarnya
“Ooh, begitu. Baiklah, menu nya apa? Kamu tadi sudah menjelaskan, bahwa Grim Reaper tidak butuh makan,” aku bingung
“Di dunia manusia, tapi, di dunia Reaper tetap saja membutuhkan makanan, kalau tidak. Dia akan menghilang sendirinya, dan kembali lagi lusa,” jelasnya
“Oke sip.” Aku menggangguk
*
“Kring..”
“Huh, bel lagi,” gumamku
Aku melihat pelayan pelayan berhoodie hitam membawa makanan yang sangat banyak. Dan makanannya normal. Bahkan lebih menggiurkan. Tidak, bukan karena aku lapar, memang kelihatan enak
“Wah.. kelihatan enak!” seruku sambil mau mengambil sepotong ayam
“Eits,” Charles memukul tanganku
“Kenapa?” tanyaku tidak sabar
“Mentang mentang sudah meninggal ya, jangan seenaknya. Kita masih memiliki norma dan etika. Kita harus menyebutkan janji Reaper dulu sebelum makan, kemudian bersulang,” jelasnya rinci
“Aku tidak tahu janji Reaper itu apa,” kataku jujur
“Ikuti saja nanti,” dia membetulkan sendok dan garpunya
“Baiklah! Para Grim Reaper yang terhormat!! Mari kita mengucapkan janji Reaper!” seorang Grim Reaper bertubuh besar tiba tiba memberi aba aba
“GRIM REAPER.. KAMI BERJANJI AKAN MELAKUKAN TUGAS KAMI. MENCABUT NYAWA NYAWA YANG PANTAS MATI DAN DIBAWA PERGI. JIKA TIDAK, MAKA MATILAH KAMI,”
“Apa itu barusan, mengerikan seka-“
“CHEERS UNTUK GRIM REAPER!” mereka bersulang, aku buru buru mengangkat gelasku
“Fiuh, jadi. Sudah selesai?” tanyaku memastikan
“Iya, silahkan makan!” Charles mengambil steak barbeque
“Sipp,” aku mengambil ayam untuk dimakan
*
“Wah, Charles. Tadi itu sangat menyenangkan! Makanannya juga sangat jauh berbeda dengan yang didunia nyata. Jauh lebih enak! *maafkan aku bi Zam:’v” aku membuka topik sambil membaringkan tubuh ke kasurku
“Iya, bersiaplah untuk pelantikanmu besok,” dia melipat selimutnya
“Pelantikan?” tanyaku
“Pelantikanmu sebagai Grim Reaper, sayang,” dia mengusap kepalaku
Aku menatapnya dengan bingung. Dia menghela nafas
“Jadi, pelantikan itu terjadi 2 kali sebulan, pertama sehari setelah bulan baru, dan setelah bulan purnama. Jadi, orang yang mati sebelum itu, mereka harus menunggu sampai bulan baru atau purnama muncul. Barulah mereka akan dilantik. Setelah dilantik, mereka akan diberi sabit coklat, juga diberi sihir, fungsinya untuk mengetahui misi mereka. Dan misi mereka bisa membantu mereka naik sabit,” jelasnya sambil duduk disampingku
“Oh. Begitu, warna sabit mempengaruhi,” ucapku duduk
“Iya, jadi. Urutannya, sabit coklat, itu untuk pemula, sabit hijau, sabit kuning, sabit biru, sabit ungu, sabit merah, sabit hitam dan yang paling berbahaya dan yang paling tinggi tingkatannya adalah sabit putih,” lanjutnya
“Kau sabit apa?” tanyaku
“Sabit biru,” jawabnya
“Jadi, seperti karate dan taekwondo, ya? Hihihi,” aku meringis
“Aduh, lucu banget deh,” dia mencubit hidungku
“Aduh, sakit, tauu,” aku mengerang kesakitan
“Maaf nah, hehe.. lucu banget si-“
Tiba tiba pintu dibanting, ternyata itu Carla. Sepertinya dia sedang marah, dia buru buru ke tempat tidurnya dan tidur sembari menutup selimut
“Dia enggak suka sama aku ya?” Batinku
Aku pergi ketempat tidurnya dan duduk disampingnya yang sedang berbaring sambil menutup badan dan wajahnya dengan selimut.
“Carla..” panggilku lembut
Dia tak menjawab, hanya tambah meng-erat-kan genggaman tangannya di selimut yang digunakan untuk menutupinya. Charles menghampiriku dan duduk disampingku
“Kamu marah, ya?” Tanya Charles sambil menyentuh selimut Carla
Carla tetap saja enggan untuk membuka mulut dan menjawab pertanyaan kami.
“Carla, maafin aku, ya. Kalau aku ada salah, aku benar benar minta maaf,” aku meminta maaf padanya sambil menatap kearah selimutnya
“Aku juga,” tambah Charles
“Pergi kalian,” pinta Carla. Akhirnya, dia mengeluarkan dua patah kata
“Tapi-“ aku mengelak
“Udahlah, Ngel. Mungkin, dia lagi enggak mau diganggu,” Charles menarik tanganku menuju ke kursi dan meja, kamipun beranjak dari kasur Carla.
*
Mentari menyilaukan pandanganku, asalnya dari jendela kamarku. Kira kira dimana bi Zam, ya? Tumben, belum bangunin aku, Oh ya! Aku sudah mati ya kemarin.
“Selamat pagi Angel!” sapa Charles yang menghampiriku
“Lho, Charles.. aduh, aku lagi bangun tidur, pasti jelek banget,” aku malu sambil menutup muka dengan selimut
“Ah, enggak kok, tetap cantik, manis!” pujinya
“Hei, jangan membuang buang waktu! Cepat mandi, sana,” tiba tiba Carla menyaut dengan setengah berteriak
“Ah, baiklah,” aku menurut
*
“Angel, ini bajumu, ya,” ucap Charles menaruh bajuku di kasur
“Aku harus pakai baju ini?” tanyaku
“Iya, wajib. Apalagi nanti kamu mau dilantik,” jelasnya sambil mengambil handuk
“Yaudahdeh,” aku memakai baju itu
*
“Tringg.. Tringg..”
“Bel?” batinku
“Ah, itu dia, Ngel!” seru Charles
“Ap-“
“Pengumuman! Diberitahukan kepada Grim Grim Reaper yang baru terlahir ke dunia Reaper, atau baru saja meninggal dan belum dilantik, harap segera menuju ke aula pelantikan, memakai pakaian wajib Grim Reaper. Diharapkan segera datang, karena pelantikan selesai jam 14.00,” speaker mungil di atas dinding sebelah kiriku berbicara
Kulihat jam dinding yang besar terpampang di depan mataku. Menunjukkan jam 13.45. Yaampun! Aku harus cepat cepat
“Pegang tanganku, kita akan melesat,” perintah Charles
“Apa?!” aku bingung
Tanpa menjawab pertanyaanku, Charles memegang erat tanganku dan melaju dengan kecepatan super duper cepat! Rambutku saja berterbangan. Tak sempat aku berkomentar yang macam macam. Kami telah tiba di sebuah bangunan besar nan megah, tetapi tidak memiliki warna dan corak yang mencolok, hanya hitam dan putih.
“Sampai!” jelas Charles
“Cepat sana masuk,” perintahnya
“Um.. baik,” aku menurutinya
*
“Halo new Reapers!”  sapa seorang Grim Reaper yang memakai hoodie berwarna kuning, aneh, kenapa hoodienya warnanya kuning dan bukan hitam.
“Kalian akan dilantik, pertama tama, jabatlah tangan teman teman kalian, dan buat lingkaran. Dan bacalah janji Reaper, yang pengucapannya tulus, sabit Reaper akan muncul sendiri di hadapannya, yang tidak, silahkan coba lagi, kalau tetap tidak berhasil, silahkan coba bulan depan, atau dengan cara lain,” jelasnya memberi aba aba
Aku hanya menuruti katanya, aduh, aku lupa janji Grim Reaper! Mukaku seketika memucat
“Ada apa?” Tanya Grim berhoodie kuning tadi
“Ah.. maafkan saya pak, saya lupa janji Reaper..” jawabku jujur
“Haha, tidak apa apa, saya hargai kejujuranmu. Tapi, saya tidak boleh memberi tahumu, kamu harus mencari cara sendiri untuk memunculkan sabit itu selain mengucapkan janji Reaper,” jawabnya
Aku berpikir keras, apa yang bisa aku perbuat? Sementara banyak diantara teman temanku yang sudah mendapatkan sabit, “Tuhan, tolong aku!”
“I.. see.. what you do, I’ll take you to the heaven or hell.. Or the place you’d rather be than the earth. The place where you belong to, so be kind to everybody, ‘cause you know, when the time is near, you can see your destiny.. and when it’s gone, you can’t never fix the things you’ve done,” seseorang bernyanyi disampingku
Aku melirik dan melihat kearahnya, tak lama, sabit itu muncul bercahaya didepannya. Tapi, bukannya itu lagu yang sering dinyanyikan ibuku saat masih kecil?
“Permisi, aku boleh bertanya?” aku berusaha sopan kepadanya
“Oh, boleh, apa itu?” dia memalingkan mukanya ke arahku
“Tadi itu apa ya? Kok bisa muncul gitu sabitnya, tanpa kamu ngucapin janji Reaper?” Tanyaku
“Oh, itu lagu The National Grim Reaper Anthem, aku hafal, soalnya teman sekamarku sering bernyanyi kayak gitu,” jawabnya
“Oh,”
“Kalau itu aku juga hafal, ibu sering menyanyikannya untukku setiap malam, baiklah, akan kucoba,” batinku
“Pengumuman, 2 menit lagi selesai,” peringatan dari grim berhoodie kuning
“Aduh, aku harus cepat cepat,” gumamku
“I see what you do, I’ll take you to the heaven or hell. Or the place you’d rather be than the earth. The place where you belong to .. so be kind to everybody, ‘cause you know, when the time is near, you can see your destiny.. and when it’s gone, you can’t never fix the things you’ve done,” nyanyiku. Aku membuka mata, tetap tidak ada apa apa.
“Sekali lagi!” aku tak patah semangat
“I see what you do, I’ll take you to the heaven or hell. Or the place you’d rather be than the earth. The place where you belong to .. so be kind to everybody, ‘cause you know, when the time is near, you can see your destiny.. and when it’s gone, you can’t never fix the things you’ve done,” aku memejamkan mataku penuh harapan
Sesuatu berkilau didepan mataku dan mengeluarkan cahaya, sebuah sabit melayang dan jatuh tepat ditanganku. Benar benar sabit yang cantik!
“aku..” gumamku
“Congratulations! You’ve received the Grim Reaper brown sickle,” suara terdengar dari sabit coklat itu
“Um.. bisa bicara?” aku bertanya Tanya
Namun, sabit itu tak menjawab. Tiba tiba sebuah hologram muncul didepanku, bertuliskan
“Congratulations Angelina Rea Perrie Jesselyn for your inauguration! You can start your new mission by click the buttons below,” tulisan di hologram itu
Aku memencet tulisan di tombol tersebut, tertulis kata kata
“I’m sorry, there’s no mission for you today, you can check again tomorrow,”
“Huh, baiklah,” gumamku. Hologram itu hilang sendirinya
“Waktunya habis! Bagi yang belum berhasil, coba lagi bulan depan, ya,” jelas hoodie kuning
“Fiuh, untuk aku sudah dilantik!” aku merasa lega
*
“Charless!!!” panggilku
“Sudah sele-“ aku langsung memeluknya sebelum dia menyelesaikan kata katanya
“Aku sudah dilantik!” seruku gembira memeluknya erat
Dia tidak berkata apa apa, sesaat, aku teringat, aku melepaskan pelukanku
“Eh, maafkan aku.. aku tidak bermaksud,” aku meminta maaf
“Ah, tidak apa apa, aku suka kok! Cie, yang sudah jadi Grim Reaper,” godanya

“Iya, hehe.. jadi, tugasku apa nih?” tanyaku
*
Bersambung

Wednesday, April 5, 2017

GRIM REAPER

     “Hoahmm.. nyenyak sekali aku tidur. Jam berapa ya sekarang?” tanyaku sambil melihat ke jam bekerku.
      “Astagah! Sudah jam 06.45!” Jeritku sambil buru buru loncat dari tempat tidur. Dan aku terjatuh ke lantai.
      Aku sudah tak peduli dengan rasa sakit itu, buru buru aku mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Setelah itu, aku buru buru menuju dapur.
      “Loh? Non Lina kok baru keluar dari kamar? Sekarang sudah jam 06.53 non,” pembantuku memberitahu, Bi Zaimah
      “Iya, bi. Kok bibi enggak bangunin Lina? Mama papa mana?” tanyaku sambil mengambil roti di meja dan memakannya
      “Tadi, mama sama papa katanya ada urusan mendadak di kantor masing masing, tadi bibi udah bangunin, tapi non enggak bangun sama sekali. Katanya 5 menit lagi,” jelas bi Zam seraya mencuci piring
      “Ooh, gitu.. terus Lina diantar siapa, Bi? Pak Nono kan lagi sakit,” tanyaku sambil mencuci tanganku
      “Katanya suruh naik ojek, non. Diseberang rumah itu,” jawab bi Zam
      “Oke, bi. Lina berangkat ya,” salamku sambil keluar ke rumah.
Jalanan didepan rumahku benar benar padat! Banyak sekali kendaraan berlalu lalang, pasti mau ke sekolah dan kantor,
“Aduh, udah mau terlambat lagi, aku nekad aja deh, daripada telat. Toh, gak ada yang mau menabrakku,” batinku
Aku berlari menerobos kendaraan di jalan, tiba tiba. Ada sebuah truk melaju dengan kencang. Dan aku tertabrak
“Sakit rasanya, tapi kenapa aku tidak bisa berteriak? Mama, papa. Tolong aku,” pikiranku berkata begitu
Mataku tertutup setelah aku melihat banyak orang orang yang mengerumuniku, tetapi kenapa ada yang memakai hoodie hitam dan membawa sabit? “KENAPA TIDAK ADA YANG MENOLONGKU?” tanyaku dalam hati
*
Cahaya yang sangat terang membuat mataku membuka.
“Ah, terang sekali,” gumamku membuka mata
Seorang lelaki ber-hoodie berdiri didepanku, iya, dia lelaki yang kulihat setelah aku tertabrak
“Dimana aku? Tunggu, aku belum mati. Siapa kau? Dimana mama papa?” tanyaku berturut turut.
Dia hanya diam memandangiku. Tak lama, dia melepas tudung di kepalanya, terlihat jelas wajahnya
“Tunggu, kau manusia. Jelaskan dimana aku!” seruku
“Angelina Cahayarinda Puspita,” Panggilnya
“E..eh? Iya? Saya?” tanyaku
“Pilihlah salah satu pintu,” perintahnya
“Pintu? Apa..” aku tercengang melihat deretan pintu yang berjajar dibelakangku, pintu itu berwarna warni, dan memiliki motif.
“Kau serius? Ini terlalu banyak, untuk apa juga aku harus melewatinya? Aku hanya ingin pulang,” ujarku
“Pintu yang kau pilih akan membawamu pada pilihanmu, kalau kau tak memilihnya, tidak ada kemungkinan untuk kembali ke kehidupanmu sebelumnya, bahkan sekecilpun. Tidak ada!” jelasnya dengan muka datar
“Lalu, kalau aku memilih. Aku akan dikembalikan ke kehidupanku yang sebelumnya?” tanyaku
“Tergantung pilihanmu. Sekarang cepat masuklah, pekerjaanku banyak,” jelasnya sambil melipat tangannya di dada
“Hah? Memangnya kau kerja apa? Kau manusia, kan? Kalau punya pekerjaan, jangan menculikku dong!” ucapku kesal
Dia menghela nafas, menatapku dengan ekspresi dingin.
“Kenalkan, namaku Antonny Freddy Stephano, aku adalah Grim Reaper mu. Malaikat mautmu,” jawabnya
“A..apa?! Grim Reaper?! Jadi, kau mengatakan bahwa aku sudah mati?” tanyaku tak percaya
“Itu kenyataan, bodoh,” ejeknya sambil memalingkan wajahnya
“Jangan mengejek juga, dong. Huh, baiklah, kalau itu demi keluargaku dan orang yang kusayangi, aku akan melewati satu pintu,” tekadku
“Cih, cepatlah,” tegasnya
Aku masuk kedalam pintu berwarna abu abu, bermotif tengkorak, entah kenapa aku memilih pintu ini, mungkin, karena aku penggemar rock sejati. Pintu itu membawaku ke dunia yang gelap, dan suram. Banyak orang berhoodie seperti yang sebelumnya. Membawa sabit dan melayang, tidak menapak di tanah.
“Tunggu, aku dimana sih?” gumamku
Tiba tiba ada seorang yang sejenis mereka berdiri mengagetkanku dari belakang.
“Hoi, kamu baru, ya? Mana hoodie dan sabit mu?” tanyanya
Suaranya perempuan. “Eh, aku tidak tahu, sebelum aku kesini. Ada seorang yang seperti kalian memberitahuku kalau aku sudah mati, namanya.. kalau tidak salah Antonny! Dan dia menyuruhku memilih pintu untuk dilewati, dan aku memilih pintu ini.” Jelasku sejujurnya
“Oh, kau gadis yang cantik dan manis. Boleh aku tahu kenapa kau meninggal? Sepertinya kau masih smp,” duganya
“Iya, namaku Angelina Cahayandari Puspita, kelas 3 smp. Sebentar lagi mau lulus, mati karena tertabrak truk karena terburu buru ingin ke sekolah,” jelasku
“Pft! Alasanmu konyol, sekaligus tragis. Niatmu baik, tapi nasib berkata lain, baiklah, Angel. Ikut aku,” ajaknya sambil menarik tanganku
“Eh? Kita mau kemana?” tanyaku
“Ikut saja!”
*
Dia membawaku kesebuah istana. Bukan! Lebih tepatnya itu adalah bangunan yang menjulang tinggi! Sepertinya lebih dari 1000 lantai! Wow.. aku takjub
“Ini dimana?” tanyaku penasaran
“Apartemen,” jawabnya
“Kita tinggal di apartemen? Ternyata ini, toh. Tempat tinggalnya malaikat maut. Megah dan mewah sekali,” ucapku
“Haha, ayo masuk,” ajaknya
*
“Sepertinya kau sekamar denganku, Ngel,” ucapnya sambil memasukkan kunci ke lubang kunci kamarnya
“Nomor 234? Angka yang cantik,” gumamku
Dia membuka pintu, dan.. WOW! Mewah sekali, tempat tidur berkualitas terbaik dan sangat luas berjumlah 3 buah, kamar mandi berjumlah 3 juga, dilengkapi shower, bathtub, dan lain lain. Tv yang besar seperti bioskop, Ac yang sangat dingin, lemari pakaian yang sangat besar dilengkapi baju baju Grim Reaper. Huh, Membosankan, dan lain lain. Pokoknya lengkap banget!
“Wow..” aku terkesima
“Mengagumkan?” tanyanya
“Lebih daripada itu!” seruku
“Tapi, mengapa berjumlah 3? Siapa satu lagi?” lanjutku
“Sahabatku, namanya Charles,” jawabnya
“Apa?! Kau satu kamar dengan cowok, dan biasa saja?” tanyaku terkejut
“Kami tidak melakukan apa apa, Ngel. Percayalah,” ucapnya meyakinkan
“Aku tak bisa melihat raut mukamu,” ucapku
“Ah, baiklah. Biar kulepas, panas juga,” dia menarik Hoodienya dan terlihat wajahnya. Dia adalah perempuan yang manis. Rambutnya pendek berwarna coklat, matanya hijau, kulitnya sawo matang dan bibirnya berwarna merah ke orange-an. Dan bulu matanya lentik
“Kau manis,” ujarku
“Terimakasih, kau lebih manis,” pujinya
“Oh, iya. Aku lupa bertanya, siapa namamu?” tanyaku
“Carla,” jawabnya singkat
“Hanya Carla?” tanyaku
“Carla Valerina Belinda,” lanjutnya
“Wah, bagus. By the way, dimana Charles?” tanyaku
“Entahlah, mungkin sedang menyelesaikan tugasnya,” Carla duduk di tempat tidurnya
“Tugas apa?” aku duduk disamping Carla
“Mencabut nyawa orang, sebentar lagi dia akan kembali,” jelasnya
“Apa? Kau bercan-“ omonganku terpotong ketika ada seseorang yang mengetuk pintu
“Ah, mungkin itu Charles,” duga Carla dia berdiri dan bergegas membuka pintu
“Ha, benar kan,” dia tersenyum
“Hai, Carla. Dan?” dia terdiam melihatku
“Umm.. aku Angelina,” jawabku berdiri menghampirinya
“New Grim Reaper?” tanyanya
“Yups..” aku menggangguk
“Kenalin, namaku Charles Petra Riordan, senang berkenalan denganmu, cantik,” dia berkenalan sambil melepas hoodie
“Ah, aku Angelina Cahayandari Puspita,” aku tersenyum
Dia balik tersenyum kepadaku, ternyata dia cogan! Sepertinya, Carla sedikit tidak suka aku berkenalan dengan Charles. Terlihat di raut mukanya
“Sudah, sudah. Oh, iya, Angel. Kau kan masih perlu banyak belajar tentang Grim Reaper, besok pagi kita akan latihan,” ucap Carla
“Ah, baiklah.” Aku hanya mengangguk
“Eits.. Carla. Besok kan kau ada tugas, sedangkan aku kosong, sebaiknya aku saja yang mengajarinya, hehe..” Charles nyengir
“Tidak boleh! Charles, gantikan saja tugasku,” dia membalas dengan tatapan tidak suka
“Kau kenapa sih? Akukan pengen lebih dekat sama Angel, lagian kan yang dikasih tugas kamu, kok nyuruh aku?” dia menatap sinis Carla
“Terserah. Lakukan apa yang kau inginkan, Charles,” Carla membuka pintu dan keluar.
“Um.. ah, sepertinya gara gara aku,” aku menunduk
“Hei, jangan salahkan dirimu, dia memang sering seperti itu kok, jangan khawatir,” dia menenangkanku
“Baiklah,” aku berusaha positif thinking
“Kau ikut makan malam antar Grim Reaper hari ini?” tanyanya
“Apa? Ah, aku tidak tahu. Aku baru mati hari ini, aku tidak tahu apa apa tentang Grim Reaper,” jelasku
“Ooh, begitu. Jadi, makan malam antar Grim Reaper, adalah makan malam yang digelar sebulan sekali, saat bulan purnama. Semua Grim Reaper wajib datang, kecuali yang sedang bertugas dan yang sakit,” jelasnya
“Grim Reaper bisa sakit?!” aku kaget
“Tentu, mau bicara tentang Grim Reaper lebih detail?” tanyanya
“Oh, tentu,”
“Ayo, kita duduk di kursi itu, aku akan membicarakan tentang semua tentang Grim Reaper,” jelasnya sambil menarikku ke arah kursi yang ditunjuknya
*

Bersambung

Tuesday, April 4, 2017

ONE LAST TIME

“Kayra!” panggil seseorang dari belakangku. Sontak panggilan itu membuatku menoleh ke belakang, ternyata itu adalah Cindy, dia sedang berlari mengejarku.
            “Apa?” tanyaku singkat. Aku memang sedang memang tidak enak badan.
            “Kamu kenapa? Mukamu pucat? Ayo kuantar ke UKS,” ajaknya seraya memegang tanganku
            “Enggak papa, Cuma sedikit gak enak badan, kasih minyak kayu putih palingan sembuh kok, aku juga mau makan, ini menuju kantin sekolah,” jelasku agar tidak membuatnya khawatir
            “Aduuhh, enggak boleh, masa kamu sendirian kesana? Aku temani ya, kamu kan sahabatku yang paling berharga,” ucapnya sambil tersenyum manis
            “Hehe, iya deh. Cindy emang sahabatku yang paling baik,” pujiku.
Ya! Cindy adalah sahabatku satu satunya, dia cantik sekali, pintar dan jago menggambar. Aku sangat beruntung bersahabat dengannya. Bukan cantik di fisik saja, namun, didalamnya juga cantik. Dia baik hati, dermawan juga suka tolong menolong.
*
“Mau makan apa?” Tanyanya sambil duduk disalah satu bangku kantin
“Emm, Er- enggak tahu nih, mungkin aku bakalan makan nasi goreng,” jawabku kebingungan
“Kamu kan lagi sakit, sebaiknya, kamu makan sayur,” sarannya
“Hmp.. iyadeh, aku makan nasi pecel aja deh,” jawabku mengubah keputusanku
“Oke, aku pesenin ya,” ucapnya sambil berdiri dari tempat duduk dan menuju ke tempat penjual nasi pecel di kantin.
*
“Nasi pecel ternyata enak ya,” ucapku membuka pembicaraan
“Iya dong, enggak semua sayur itu enggak enak. Pasti ada yang enak, bahkan sangat nikmat jika dicampur sama saus kacang,” jelasnya
“Baiklah, eh..” ucapku ragu ragu
“Kenapa? Kepalamu pusing?” tanyanya khawatir
“Enggak, bukan gitu. Aku cuman takut, semenjak setahun yang lalu, banyak banget kasus pembunuhan di sekolah kita, bahkan ada sampai yang di terror,” jawabku sambil memakan makananku
“Iya, habis diterror langsung dibunuh, kejam sekali. Masih ada aja yah orang seperti itu di bumi, aku aja sampai enggak habis pikir,” ucapnya
“Aku benar benar takut, pengen pindah sekolah aja deh, tapi kalau pindah. Aku jadi enggak ketemu kamu,” jelasku
“Enggak usah pindah kali, toh, kita enggak bakalan cari gara gara sama si pembunuh, kita kan anak baik baik. Lagian, setahun lagi udah lulus, nanggung,” tuturnya menenangkanku
“Iya, kau benar juga, aku jadi penasaran sama si pembunuh, motifnya dia apa ya? Dan untungnya apa? Aneh aneh saja,” ucapku sambil menggeleng gelengkan kepala
“Haha, paling motifnya kesal sama si korban, jadinya dibunuh, biasa, pelajar nakal kali,” jawabnya
“Mungkin aja,” ucapku
*
“Kring..”
Bel masukan berbunyi, aku dan Cindy bergegas masuk ke dalam kelas. Karena habis istirahat pelajarannya bu Maria! Guru yang ter-killer se-sekolah!
“Selamat siang bu Maria,”
“Siang, silahkan duduk. Buka halaman 365, kerjakan latihan soalnya dari nomor 1 sampai 50. Beserta bagian b dan c nya, harus dikumpulkan hari ini,” jelasnya sambil membuka tas laptopnya dan mengeluarkan laptop
“Waduh, banyak banget,”gumamku sambil membolak balik buku bahasa Indonesiaku
“Eh, Kay..” panggil Emily, teman sebangku ku
“Iya, kenapa?” tanyaku
“Tadi, ada anak cewek yang pake masker, dia nitipin surat ini ke aku, katanya suruh kasih ke kamu,” jawabnya sambil menyodorkan sepucuk surat
“Ah, begitu.. terimakasih ya,” ucapku menerima surat itu sambil tersenyum
“Yo’I” jawabnya santai
“Siapa ya, yang kira kira mengirimkan surat untukku? Cewek pake masker, kayaknya aku enggak ada teman selain di kelas deh,” batinku
Aku pun lantas membuka surat itu, aku kaget setengah mati ketika melihat surat itu. “Yaampun, ditulis dengan tinta merah!” batinku. Aku benar benar ingin mati ketika membaca surat itu.Tertulis:
“Hello Kayra, enjoy for your death. I’ll see your blood all over my face. Enggak sabar pengen melihat cairan kental berwarna merah itu, dan tanganku akan terkena cipratan cairan mengagumkan itu. Dan kau akan mati. Aku akan memberi tahu dimana aku akan membunuhmu dan waktunya. Ini kodenya, silahkan pecahkan sendiri. Tak berujung, membawamu ke tempat yang kau tuju. >2<4=3=p”
“A..pa?” aku memucat dan akhirnya aku ambruk, mataku tidak kuat untuk terbuka, perlahan dia menutup, aku dapat melihat wajah Cindy memanggilku, namun, mataku sudah tertutup duluan sebelum aku dapat menjawabnya
*
“Uhh, dimana aku?” desahku sambil membuka mata
“Kayra! Akhirnya kamu bangun juga, kamu sedang di UKS,” jawab Cindy sambil tersenyum, dia ceria sekali
“Oh, begitukah? Aduh, kepalaku pusing,” ucapku sambil memegangi kepalaku
“Jangan banyak bergerak, kamu masih belum sembuh total,” jelas Cindy
“Bagaimana aku bisa ada disini?” tanyaku
“Kamu pingsan di kelas, jadi, teman teman membawamu ke UKS. Dan aku disuruh menemanimu, aku sangat mengkhawatirkanmu, kan sudah kubilang dari awal, di UKS saja. Tapi, kamu malah enggak dengerin aku,” tukasnya kesal
“Iyadeh, makasih ya, udah khawatir-in aku, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini, dan, by the way, Cin..” ucapanku terpotong
“Kenapa?” Tanyanya
“Sebaiknya aku memberitahunya tidak, ya? Aku takut nanti dia tambah khawatir, mengetahui bahwa aku sakit aja sudah khawatir banget, apalagi kalau aku mati,” batinku. Aku termenung
“Umm.. Kayra? By the way apa?” Tanyanya lagi membuyarkan lamunanku
“Ah, enggak. Aku cuman mau bilang, jangan sedih ya kalau sesuatu yang buruk menimpaku, ingat, kalau kamu sedih dan khawatir terus, nanti aku juga ikut ikutan,” jawabku
“Baiklah, aku gak bakal terlalu sedih, asalkan kamu cepat sembuh,” jawabnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum
“Ya Tuhan, aku akan kehilangan sahabat sebaik dia,” batinku
*
“Kring..”
Bel pulang berbunyi
“Sudah pulang, ayo kuantar pulang pake mobil antar jemput ku,” ajaknya seraya menggotong tanganku
“Terimakasih, Cin. Aku sangat menyayangimu,” ucapku sambil melihat wajahnya
“Iya, sama sama.” Jawabnya tersenyum
*
“Assalamualaikum ma,” salamku
“Loh, Kay. Cepet banget pulang, naik apa? Kok enggak nelpon supir?” Tanya mama menghampiriku
“Kok jalanmu pincang? Kamu kenapa?” lanjut mama khawatir dan segera menuntun jalanku
“Tadi Kayra enggak sengaja kesandung batu, jadi kesusahan berjalan,” ucapku berbohong
“Aduh, Kay. Hati hati dong, mama khawatir banget, nih.. ayo ke dapur yuk, mama udah bikinin makanan kesukaan kamu,” ajak mama
“Aku akan kehilangan mama dan papa,”batinku sedih
“Wah, gak sabar nih ma,” ucapku sambil berjalan ke dapur, dengan bantuan mama
*
Hari sudah mulai gelap, jam di tanganku menunjukkan waktu pukul 19.45. Karena penasaran, aku membuka surat yang dikirim si pembunuh, dan berusaha memecahkan teka teki yang dibuatnya.
“Hmm, apa ini? Tak berujung, membawamu ke tempat yang kau tuju? Apa maksudnya? Pintu ajaib doraemon? Aduh, bingung deh,” gumamku
Aku melihat angka angka dan symbol yang tak asing dilanjutan kalimat itu.
“>2<4=3=p? tunggu, kalau dalam matematika, > artinya lebih dari, dan < artinya kurang dari. Sedangkan = adalah sama. Jadi, lebih dari 2, kurang dari 4 dan sama dengan 3. P ini apa? Prima ya? Oh, berarti 3!” seruku
“J.. jadi, aku terbunuh pukul 3, ya.. menyedihkan sekali, aku harus kehilangan segalanya. Mama, papa,bahkan Cindy, jadi.. ini akhir hidupku ya? Kematian yang seperti ini,”ucapku, tak sadar aku meneteskan air mata
“God.. please, for one last time, aku ingin terlahir kembali,” harapku
Tiba tiba ponselku berbunyi, terlihat sms masuk, dari nomor tak dikenal, kubaca sms itu.
“Sudah siap untuk kejutan besok? Siapkan perlengkapanmu untuk diakhirat, Kayra. Darah segar akan mengalir dari matamu,” pesan sms itu.
Sontak aku kaget, dan refleks membanting hapeku ke lantai, aku menangis sejadi jadinya, “Tuhan, kenapa hidupku harus berakhir seperti ini? Akan mati ditangan orang?” . tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Aku langsung menghapus air mataku.
“Masuk!” jawabku
“Kayra? Ada apa? Kenapa menangis?” Tanya papa yang kelihatannya habis pulang dari kerja
“Um.. enggak papa kok, pa.. Kayra cuman lagi nonton drama korea, sedih banget,” jawabku berbohong
“Ooh, gitu.. jangan lupa makan ya, sayang. Papa menyayangimu,” ujarnya sambil tersenyum dan menutup pintu
Air mataku tak dapat dibendung lagi, satu demi satu tetes air mataku jatuh bercucuran. “Kayra juga pa.. Kayra juga.. Kayra sayang sama papa, mama dan Cindy, Kayra enggak mau berpisah sama kalian, apalagi dengan cara yang mengenaskan, ingin rasanya meminta tuhan mengembalikan waktu..”
*
“Pagi, Kay” sapa Cindy yang sudah datang daritadi
“Um.. ya, pagi Cin,” balasku murung
“Kamu kenapa? Sakit lagi? Kan udah kubilang, kalau sakit enggak usah masuk dulu,” ucapnya sambil mengelus kepalaku
“Ah, tidak. Aku baik baik saja, jangan khawatirkan ku. Hari ini, bisa enggak kita melakukan sesuatu bersama?” tanyaku
“Melakukan apa, Kay?” tanyanya kembali
“Seperti memori yang gak bakal terlupakan, anggap aja hadiah darimu karena aku sudah sembuh, hehe..” ucapku tertawa jahil
“Apa yah, mau tidak kita membantu kantin untuk melayani penjualnya? Itu bakalan jadi momen yang enggak terlupakan banget! Apalagi, sekalian nambah nambah pahala,” sarannya
“Boleh dicoba tuh, istirahat ini, kan?” tanyaku
“Iya, oke.. sip sip” ucapnya tersenyum
“Mungkin ini hari terakhir kita bertemu, Cin.. “ batinku
*
“Kring..”
Bel istirahat berbunyi, dengan sigap dan bersemangat aku dan Cindy bergegas ke kantin, tak pernah aku bersemangat seperti ini, mungkin, karena sebentar lagi aku akan mati.
“Halo, kalian. Mau pesan apa? Sekarang kami mau melayani kalian,” ucap Cindy tersenyum didepan anak anak kelas 9D yang duduk di kantin sekolah
“Loh, Cindy.. wah, lagi kerja sambilan, ya? Aduh, seperti biasa dengan Kayra,” ucap salah satu dari mereka
“Hehe, iya. Ky..” aku hanya menggangguk
“Cindy bahkan tidak malu ketika harus mengerjakan pekerjaan seperti ini untukku, aku pasti akan merindukanmu, Cin” batinku
*
“Kring..”
Bel masukan berbunyi, aku dan Cindy menuju ke kelas
“Momen yang asyik banget ya, Kay?” tanyanya memastikan
“Banget! Aduh, aku hampir lupa kapan terakhir kalinya aku senang begini, apalagi ditemani sahabatku yang terbaik. Walaupun tadi sempat diejek, tapi tetap saja ini sangat menyenangkan!” seruku gembira
“Besok kita lakukan ini lagi, yuk?” ajaknya
Aku menatapnya. “Bagaimana bisa, Cin? Kalau sebentar lagi aku akan mati,”Ucapku dalam hati
“Kay?” dia menggerakkan tangannya didepanku
“Eh, ayuk.. kalau aku masih bisa, ya.” Jawabku
“Maksudmu apa, Kay?” tanyanya penasaran
“Ah, lupakan. Enggak papa kok!” jawabku sambil menunjukkan fakesmile ku
*
“Tringg..”
Bel pulangan berbunyi, waktu menunjukkan pukul 02.45. 15 menit lagi aku akan mati.
“Kay, mau pulang bareng nggak?” tawar Cindy
“Ah, enggak, kamu duluan aja,” jawabku tersenyum
“Aku gak ingin kamu melihat aku terbunuh mengenaskan,” batinku
“Gak, aku mau tungguin kamu sampai pulang!” tegasnya
“Eh, kenapa? Gak usah lah, aku 3 jam lagi, loh baru dijemput,” ujarku berbohong
“Mau sampai seminggu, pun. Tetap aku tungguin, Kay,” jawabnya
Aku sangat bersyukur punya sahabat seperti Cindy.
“Yaudah, ayo keluar kelas, yuk?” tawarku
“Ayuk!” jawabnya
Jam menunjukkan pukul 2.58. 2 menit lagi.. sedangkan, sekolah sudah sepi, sepertinya tersisa aku, Cindy dan guru guru. Tiba tiba.. sebilah pisau mengenai tangan Cindy, sepertinya pisau itu ingin mengenai perutku, namun, Cindy menyangkalnya
“Cindy, kamu enggak papa?” tanyaku memastikan
“Gapapa kok, cuman tergores se-“ belum selesai dia bicara. Dia langsung bergerak
“SREK!”
Sebilah pisau melayang ke perutnya. Dan perempuan itu menancapkan pisaunya, Sekarang darah keluar dari perutnya. Seorang perempuan memakai masker sedang berdiri memegang pisau didepannya.
“Tersenyumlah untukku,” pinta Cindy sambil tersenyum menahan rasa sakit
“A.. pa? Cindy.. kau,” air mataku mengalir deras dari mataku jatuh ke tanah
“Tersenyum saja, aku i.. ngin.. melihat senyum terakhir yang kulihat, please, one last time” dia masih memegangi perutnya
Akupun tersenyum sambil menangis.
“Terimakasih, Cindy,” ucapku sambil tersenyum terpaksa
“tidak, te.. ri..ma.. kasih..” dia berlutut dan jatuh ambruk. Semakin lama air mataku semakin banyak yang mengalir
 Tiba tiba, guru guru bermunculan, polisi, dan ambulans datang. Perempuan itu nampaknya kaget. Polisi langsung membelenggu tangannya. Sedangkan ambulans membawa Cindy ke rumah sakit.
“Tidak! Lepaskan aku!” berontak pembunuh itu
Polisi itu melepas masker pembunuh itu. Ternyata itu, EMILY! Ya tuhan! Emily dibawa ke mobil polisi, Ambulans cepat cepat melaju ke rs terdekat. Aku menangis sekuat kuatnya didalam mobil ambulans
“Tuhan, aku berharap keajaiban terjadi,” harapku
“Please god.. one last time, aku janji gabakal minta apa apa lagi,” aku menangis terisak isak
*
Akhirnya, kami tiba di rumah sakit. Dan Cindy..dia dinyatakan sudah meninggal.
“APA?! Tidak.. nggak mungkin..”aku menangis sekeras kerasnya
“Mbak, tolong jangan berisik, ini rumah sakit,” tegur dokter itu
“Biarin! Aku mau masuk! Biarkan aku dianggap orang gila di rumah sakit ini, aku tak peduli! Biarkan aku masuk!” pintaku menjerit jerit
“Baiklah, silahkan,”dokter itu mempersilahkan
Kulihat jasad Cindy terbaring kaku, dengan senyum di wajahnya. Aku masih belum bisa menerima kematian sahabatku itu.
“Ini semua salahku!” seruku menangis sambil memegang tangannya
“Cindy, maafkan aku. Aku.. aku.. gak bisa jadi sahabat yang baik, aku sangat menyayangimu. Tuhan, tolong tukar kami, aku rela mati.. asal.. asal.. kau bisa hidup,Cin.. Cindy! Bangun, tolong.. aku tahu kamu bisa, Cin, hiks.. Cindy..” aku menangis didepan jasadnya, air mataku mengenai tangan dan bajunya
*
Polisi memberi penjelasan tentang motif Emily membunuhku,
“Katanya dia muak melihat kalian bersahabat baik, dia muak melihatmu bisa bersahabat dengan Cindy. Dia iri, dia ingin menjadi sahabat Cindy, makanya dia berniat membunuhmu,” jelas polisi
“Apa? Emily.. “aku tak percaya
“Lalu, bagaimana kalian ada disana?” tanyaku penasaran
“Cindy yang memberitahu, dia membaca surat terror dari Emily dan dia langsung memberitahunya ke guru serta polisi, sehingga kami siap sedia, namun, kami sedikit terlambat,”
*
Hari ini hari pemakaman Cindy, aku dan keluargaku datang, keluarga Cindy sedang berada di luar kota. Mereka sibuk. Bahkan untuk pemakaman anaknya, aku tidak tahu betapa menderitanya kehidupan Cindy, dan sekarang dia mati. Semuanya sudah pulang, sisa aku dan keluargaku
“Kayra, ayo pulang, nak,” ajak mama mengusap kepalaku
“Nanti saja ma, Kayra mau disini dulu, Mama sama papa duluan aja. Nanti Kayra nyusul,” jawabku
“Baiklah,”
Mereka meninggalkanku, sekarang tinggal aku sendiri, air mata berisi penyesalan. Tears full of regrets.
”One last time, if I could see your smile again,” ucapku sambil mengusap tanah kuburan itu
“If we ever reborn, I hope in our next life, we can meet again. Seandainya kita bisa terlahir kembali, aku berharap di kehidupan selanjutnya, kita bisa bertemu lagi,” pintaku, air mata membasahi kuburan itu.

*