Tuesday, April 4, 2017

ONE LAST TIME

“Kayra!” panggil seseorang dari belakangku. Sontak panggilan itu membuatku menoleh ke belakang, ternyata itu adalah Cindy, dia sedang berlari mengejarku.
            “Apa?” tanyaku singkat. Aku memang sedang memang tidak enak badan.
            “Kamu kenapa? Mukamu pucat? Ayo kuantar ke UKS,” ajaknya seraya memegang tanganku
            “Enggak papa, Cuma sedikit gak enak badan, kasih minyak kayu putih palingan sembuh kok, aku juga mau makan, ini menuju kantin sekolah,” jelasku agar tidak membuatnya khawatir
            “Aduuhh, enggak boleh, masa kamu sendirian kesana? Aku temani ya, kamu kan sahabatku yang paling berharga,” ucapnya sambil tersenyum manis
            “Hehe, iya deh. Cindy emang sahabatku yang paling baik,” pujiku.
Ya! Cindy adalah sahabatku satu satunya, dia cantik sekali, pintar dan jago menggambar. Aku sangat beruntung bersahabat dengannya. Bukan cantik di fisik saja, namun, didalamnya juga cantik. Dia baik hati, dermawan juga suka tolong menolong.
*
“Mau makan apa?” Tanyanya sambil duduk disalah satu bangku kantin
“Emm, Er- enggak tahu nih, mungkin aku bakalan makan nasi goreng,” jawabku kebingungan
“Kamu kan lagi sakit, sebaiknya, kamu makan sayur,” sarannya
“Hmp.. iyadeh, aku makan nasi pecel aja deh,” jawabku mengubah keputusanku
“Oke, aku pesenin ya,” ucapnya sambil berdiri dari tempat duduk dan menuju ke tempat penjual nasi pecel di kantin.
*
“Nasi pecel ternyata enak ya,” ucapku membuka pembicaraan
“Iya dong, enggak semua sayur itu enggak enak. Pasti ada yang enak, bahkan sangat nikmat jika dicampur sama saus kacang,” jelasnya
“Baiklah, eh..” ucapku ragu ragu
“Kenapa? Kepalamu pusing?” tanyanya khawatir
“Enggak, bukan gitu. Aku cuman takut, semenjak setahun yang lalu, banyak banget kasus pembunuhan di sekolah kita, bahkan ada sampai yang di terror,” jawabku sambil memakan makananku
“Iya, habis diterror langsung dibunuh, kejam sekali. Masih ada aja yah orang seperti itu di bumi, aku aja sampai enggak habis pikir,” ucapnya
“Aku benar benar takut, pengen pindah sekolah aja deh, tapi kalau pindah. Aku jadi enggak ketemu kamu,” jelasku
“Enggak usah pindah kali, toh, kita enggak bakalan cari gara gara sama si pembunuh, kita kan anak baik baik. Lagian, setahun lagi udah lulus, nanggung,” tuturnya menenangkanku
“Iya, kau benar juga, aku jadi penasaran sama si pembunuh, motifnya dia apa ya? Dan untungnya apa? Aneh aneh saja,” ucapku sambil menggeleng gelengkan kepala
“Haha, paling motifnya kesal sama si korban, jadinya dibunuh, biasa, pelajar nakal kali,” jawabnya
“Mungkin aja,” ucapku
*
“Kring..”
Bel masukan berbunyi, aku dan Cindy bergegas masuk ke dalam kelas. Karena habis istirahat pelajarannya bu Maria! Guru yang ter-killer se-sekolah!
“Selamat siang bu Maria,”
“Siang, silahkan duduk. Buka halaman 365, kerjakan latihan soalnya dari nomor 1 sampai 50. Beserta bagian b dan c nya, harus dikumpulkan hari ini,” jelasnya sambil membuka tas laptopnya dan mengeluarkan laptop
“Waduh, banyak banget,”gumamku sambil membolak balik buku bahasa Indonesiaku
“Eh, Kay..” panggil Emily, teman sebangku ku
“Iya, kenapa?” tanyaku
“Tadi, ada anak cewek yang pake masker, dia nitipin surat ini ke aku, katanya suruh kasih ke kamu,” jawabnya sambil menyodorkan sepucuk surat
“Ah, begitu.. terimakasih ya,” ucapku menerima surat itu sambil tersenyum
“Yo’I” jawabnya santai
“Siapa ya, yang kira kira mengirimkan surat untukku? Cewek pake masker, kayaknya aku enggak ada teman selain di kelas deh,” batinku
Aku pun lantas membuka surat itu, aku kaget setengah mati ketika melihat surat itu. “Yaampun, ditulis dengan tinta merah!” batinku. Aku benar benar ingin mati ketika membaca surat itu.Tertulis:
“Hello Kayra, enjoy for your death. I’ll see your blood all over my face. Enggak sabar pengen melihat cairan kental berwarna merah itu, dan tanganku akan terkena cipratan cairan mengagumkan itu. Dan kau akan mati. Aku akan memberi tahu dimana aku akan membunuhmu dan waktunya. Ini kodenya, silahkan pecahkan sendiri. Tak berujung, membawamu ke tempat yang kau tuju. >2<4=3=p”
“A..pa?” aku memucat dan akhirnya aku ambruk, mataku tidak kuat untuk terbuka, perlahan dia menutup, aku dapat melihat wajah Cindy memanggilku, namun, mataku sudah tertutup duluan sebelum aku dapat menjawabnya
*
“Uhh, dimana aku?” desahku sambil membuka mata
“Kayra! Akhirnya kamu bangun juga, kamu sedang di UKS,” jawab Cindy sambil tersenyum, dia ceria sekali
“Oh, begitukah? Aduh, kepalaku pusing,” ucapku sambil memegangi kepalaku
“Jangan banyak bergerak, kamu masih belum sembuh total,” jelas Cindy
“Bagaimana aku bisa ada disini?” tanyaku
“Kamu pingsan di kelas, jadi, teman teman membawamu ke UKS. Dan aku disuruh menemanimu, aku sangat mengkhawatirkanmu, kan sudah kubilang dari awal, di UKS saja. Tapi, kamu malah enggak dengerin aku,” tukasnya kesal
“Iyadeh, makasih ya, udah khawatir-in aku, aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini, dan, by the way, Cin..” ucapanku terpotong
“Kenapa?” Tanyanya
“Sebaiknya aku memberitahunya tidak, ya? Aku takut nanti dia tambah khawatir, mengetahui bahwa aku sakit aja sudah khawatir banget, apalagi kalau aku mati,” batinku. Aku termenung
“Umm.. Kayra? By the way apa?” Tanyanya lagi membuyarkan lamunanku
“Ah, enggak. Aku cuman mau bilang, jangan sedih ya kalau sesuatu yang buruk menimpaku, ingat, kalau kamu sedih dan khawatir terus, nanti aku juga ikut ikutan,” jawabku
“Baiklah, aku gak bakal terlalu sedih, asalkan kamu cepat sembuh,” jawabnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum
“Ya Tuhan, aku akan kehilangan sahabat sebaik dia,” batinku
*
“Kring..”
Bel pulang berbunyi
“Sudah pulang, ayo kuantar pulang pake mobil antar jemput ku,” ajaknya seraya menggotong tanganku
“Terimakasih, Cin. Aku sangat menyayangimu,” ucapku sambil melihat wajahnya
“Iya, sama sama.” Jawabnya tersenyum
*
“Assalamualaikum ma,” salamku
“Loh, Kay. Cepet banget pulang, naik apa? Kok enggak nelpon supir?” Tanya mama menghampiriku
“Kok jalanmu pincang? Kamu kenapa?” lanjut mama khawatir dan segera menuntun jalanku
“Tadi Kayra enggak sengaja kesandung batu, jadi kesusahan berjalan,” ucapku berbohong
“Aduh, Kay. Hati hati dong, mama khawatir banget, nih.. ayo ke dapur yuk, mama udah bikinin makanan kesukaan kamu,” ajak mama
“Aku akan kehilangan mama dan papa,”batinku sedih
“Wah, gak sabar nih ma,” ucapku sambil berjalan ke dapur, dengan bantuan mama
*
Hari sudah mulai gelap, jam di tanganku menunjukkan waktu pukul 19.45. Karena penasaran, aku membuka surat yang dikirim si pembunuh, dan berusaha memecahkan teka teki yang dibuatnya.
“Hmm, apa ini? Tak berujung, membawamu ke tempat yang kau tuju? Apa maksudnya? Pintu ajaib doraemon? Aduh, bingung deh,” gumamku
Aku melihat angka angka dan symbol yang tak asing dilanjutan kalimat itu.
“>2<4=3=p? tunggu, kalau dalam matematika, > artinya lebih dari, dan < artinya kurang dari. Sedangkan = adalah sama. Jadi, lebih dari 2, kurang dari 4 dan sama dengan 3. P ini apa? Prima ya? Oh, berarti 3!” seruku
“J.. jadi, aku terbunuh pukul 3, ya.. menyedihkan sekali, aku harus kehilangan segalanya. Mama, papa,bahkan Cindy, jadi.. ini akhir hidupku ya? Kematian yang seperti ini,”ucapku, tak sadar aku meneteskan air mata
“God.. please, for one last time, aku ingin terlahir kembali,” harapku
Tiba tiba ponselku berbunyi, terlihat sms masuk, dari nomor tak dikenal, kubaca sms itu.
“Sudah siap untuk kejutan besok? Siapkan perlengkapanmu untuk diakhirat, Kayra. Darah segar akan mengalir dari matamu,” pesan sms itu.
Sontak aku kaget, dan refleks membanting hapeku ke lantai, aku menangis sejadi jadinya, “Tuhan, kenapa hidupku harus berakhir seperti ini? Akan mati ditangan orang?” . tiba tiba ada yang mengetuk pintu. Aku langsung menghapus air mataku.
“Masuk!” jawabku
“Kayra? Ada apa? Kenapa menangis?” Tanya papa yang kelihatannya habis pulang dari kerja
“Um.. enggak papa kok, pa.. Kayra cuman lagi nonton drama korea, sedih banget,” jawabku berbohong
“Ooh, gitu.. jangan lupa makan ya, sayang. Papa menyayangimu,” ujarnya sambil tersenyum dan menutup pintu
Air mataku tak dapat dibendung lagi, satu demi satu tetes air mataku jatuh bercucuran. “Kayra juga pa.. Kayra juga.. Kayra sayang sama papa, mama dan Cindy, Kayra enggak mau berpisah sama kalian, apalagi dengan cara yang mengenaskan, ingin rasanya meminta tuhan mengembalikan waktu..”
*
“Pagi, Kay” sapa Cindy yang sudah datang daritadi
“Um.. ya, pagi Cin,” balasku murung
“Kamu kenapa? Sakit lagi? Kan udah kubilang, kalau sakit enggak usah masuk dulu,” ucapnya sambil mengelus kepalaku
“Ah, tidak. Aku baik baik saja, jangan khawatirkan ku. Hari ini, bisa enggak kita melakukan sesuatu bersama?” tanyaku
“Melakukan apa, Kay?” tanyanya kembali
“Seperti memori yang gak bakal terlupakan, anggap aja hadiah darimu karena aku sudah sembuh, hehe..” ucapku tertawa jahil
“Apa yah, mau tidak kita membantu kantin untuk melayani penjualnya? Itu bakalan jadi momen yang enggak terlupakan banget! Apalagi, sekalian nambah nambah pahala,” sarannya
“Boleh dicoba tuh, istirahat ini, kan?” tanyaku
“Iya, oke.. sip sip” ucapnya tersenyum
“Mungkin ini hari terakhir kita bertemu, Cin.. “ batinku
*
“Kring..”
Bel istirahat berbunyi, dengan sigap dan bersemangat aku dan Cindy bergegas ke kantin, tak pernah aku bersemangat seperti ini, mungkin, karena sebentar lagi aku akan mati.
“Halo, kalian. Mau pesan apa? Sekarang kami mau melayani kalian,” ucap Cindy tersenyum didepan anak anak kelas 9D yang duduk di kantin sekolah
“Loh, Cindy.. wah, lagi kerja sambilan, ya? Aduh, seperti biasa dengan Kayra,” ucap salah satu dari mereka
“Hehe, iya. Ky..” aku hanya menggangguk
“Cindy bahkan tidak malu ketika harus mengerjakan pekerjaan seperti ini untukku, aku pasti akan merindukanmu, Cin” batinku
*
“Kring..”
Bel masukan berbunyi, aku dan Cindy menuju ke kelas
“Momen yang asyik banget ya, Kay?” tanyanya memastikan
“Banget! Aduh, aku hampir lupa kapan terakhir kalinya aku senang begini, apalagi ditemani sahabatku yang terbaik. Walaupun tadi sempat diejek, tapi tetap saja ini sangat menyenangkan!” seruku gembira
“Besok kita lakukan ini lagi, yuk?” ajaknya
Aku menatapnya. “Bagaimana bisa, Cin? Kalau sebentar lagi aku akan mati,”Ucapku dalam hati
“Kay?” dia menggerakkan tangannya didepanku
“Eh, ayuk.. kalau aku masih bisa, ya.” Jawabku
“Maksudmu apa, Kay?” tanyanya penasaran
“Ah, lupakan. Enggak papa kok!” jawabku sambil menunjukkan fakesmile ku
*
“Tringg..”
Bel pulangan berbunyi, waktu menunjukkan pukul 02.45. 15 menit lagi aku akan mati.
“Kay, mau pulang bareng nggak?” tawar Cindy
“Ah, enggak, kamu duluan aja,” jawabku tersenyum
“Aku gak ingin kamu melihat aku terbunuh mengenaskan,” batinku
“Gak, aku mau tungguin kamu sampai pulang!” tegasnya
“Eh, kenapa? Gak usah lah, aku 3 jam lagi, loh baru dijemput,” ujarku berbohong
“Mau sampai seminggu, pun. Tetap aku tungguin, Kay,” jawabnya
Aku sangat bersyukur punya sahabat seperti Cindy.
“Yaudah, ayo keluar kelas, yuk?” tawarku
“Ayuk!” jawabnya
Jam menunjukkan pukul 2.58. 2 menit lagi.. sedangkan, sekolah sudah sepi, sepertinya tersisa aku, Cindy dan guru guru. Tiba tiba.. sebilah pisau mengenai tangan Cindy, sepertinya pisau itu ingin mengenai perutku, namun, Cindy menyangkalnya
“Cindy, kamu enggak papa?” tanyaku memastikan
“Gapapa kok, cuman tergores se-“ belum selesai dia bicara. Dia langsung bergerak
“SREK!”
Sebilah pisau melayang ke perutnya. Dan perempuan itu menancapkan pisaunya, Sekarang darah keluar dari perutnya. Seorang perempuan memakai masker sedang berdiri memegang pisau didepannya.
“Tersenyumlah untukku,” pinta Cindy sambil tersenyum menahan rasa sakit
“A.. pa? Cindy.. kau,” air mataku mengalir deras dari mataku jatuh ke tanah
“Tersenyum saja, aku i.. ngin.. melihat senyum terakhir yang kulihat, please, one last time” dia masih memegangi perutnya
Akupun tersenyum sambil menangis.
“Terimakasih, Cindy,” ucapku sambil tersenyum terpaksa
“tidak, te.. ri..ma.. kasih..” dia berlutut dan jatuh ambruk. Semakin lama air mataku semakin banyak yang mengalir
 Tiba tiba, guru guru bermunculan, polisi, dan ambulans datang. Perempuan itu nampaknya kaget. Polisi langsung membelenggu tangannya. Sedangkan ambulans membawa Cindy ke rumah sakit.
“Tidak! Lepaskan aku!” berontak pembunuh itu
Polisi itu melepas masker pembunuh itu. Ternyata itu, EMILY! Ya tuhan! Emily dibawa ke mobil polisi, Ambulans cepat cepat melaju ke rs terdekat. Aku menangis sekuat kuatnya didalam mobil ambulans
“Tuhan, aku berharap keajaiban terjadi,” harapku
“Please god.. one last time, aku janji gabakal minta apa apa lagi,” aku menangis terisak isak
*
Akhirnya, kami tiba di rumah sakit. Dan Cindy..dia dinyatakan sudah meninggal.
“APA?! Tidak.. nggak mungkin..”aku menangis sekeras kerasnya
“Mbak, tolong jangan berisik, ini rumah sakit,” tegur dokter itu
“Biarin! Aku mau masuk! Biarkan aku dianggap orang gila di rumah sakit ini, aku tak peduli! Biarkan aku masuk!” pintaku menjerit jerit
“Baiklah, silahkan,”dokter itu mempersilahkan
Kulihat jasad Cindy terbaring kaku, dengan senyum di wajahnya. Aku masih belum bisa menerima kematian sahabatku itu.
“Ini semua salahku!” seruku menangis sambil memegang tangannya
“Cindy, maafkan aku. Aku.. aku.. gak bisa jadi sahabat yang baik, aku sangat menyayangimu. Tuhan, tolong tukar kami, aku rela mati.. asal.. asal.. kau bisa hidup,Cin.. Cindy! Bangun, tolong.. aku tahu kamu bisa, Cin, hiks.. Cindy..” aku menangis didepan jasadnya, air mataku mengenai tangan dan bajunya
*
Polisi memberi penjelasan tentang motif Emily membunuhku,
“Katanya dia muak melihat kalian bersahabat baik, dia muak melihatmu bisa bersahabat dengan Cindy. Dia iri, dia ingin menjadi sahabat Cindy, makanya dia berniat membunuhmu,” jelas polisi
“Apa? Emily.. “aku tak percaya
“Lalu, bagaimana kalian ada disana?” tanyaku penasaran
“Cindy yang memberitahu, dia membaca surat terror dari Emily dan dia langsung memberitahunya ke guru serta polisi, sehingga kami siap sedia, namun, kami sedikit terlambat,”
*
Hari ini hari pemakaman Cindy, aku dan keluargaku datang, keluarga Cindy sedang berada di luar kota. Mereka sibuk. Bahkan untuk pemakaman anaknya, aku tidak tahu betapa menderitanya kehidupan Cindy, dan sekarang dia mati. Semuanya sudah pulang, sisa aku dan keluargaku
“Kayra, ayo pulang, nak,” ajak mama mengusap kepalaku
“Nanti saja ma, Kayra mau disini dulu, Mama sama papa duluan aja. Nanti Kayra nyusul,” jawabku
“Baiklah,”
Mereka meninggalkanku, sekarang tinggal aku sendiri, air mata berisi penyesalan. Tears full of regrets.
”One last time, if I could see your smile again,” ucapku sambil mengusap tanah kuburan itu
“If we ever reborn, I hope in our next life, we can meet again. Seandainya kita bisa terlahir kembali, aku berharap di kehidupan selanjutnya, kita bisa bertemu lagi,” pintaku, air mata membasahi kuburan itu.

*

No comments:

Post a Comment